Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Katalisator

KARAKTERISASI KOLOM MONOLIT METHACRYLATE-BASED POLYMER YANG DIMODIFIKASI DENGAN TRIMETILAMIN Fitri Mairizki; Rahmiana Zein; Edison Munaf
Jurnal Katalisator Vol 2, No 2 (2017): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.101 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i2.2457

Abstract

Methacrylate-based polymer monolithic column provide higher polarity and better stability over a wide pH range so itswidely used as stationary phase in ion chromatography. Therefore, the aim of this research was to determine the characteristic of methacrylate-based polymer monolithic column modified with trimethylamine including surface morphology, functional group, permeability, and ion exchange capacity.Methacrylate-based polymer monolithic column was prepared in fused-silica capillary (80 mm, 0,32 mm i.d. x 0,45 mm o.d.), by in situ polymerization reaction using glycidyl methacrylate as monomer; ethylene dimethacrylate as crosslinker; 1-propanol, 1,4-butanediol, and water as porogene; trimethylamine as modifier.  The morphology of the monolithic column was characterized by using  Scanning Electron Microscope (SEM) and functional group wascharacterized by using Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FT-IR). Monolith columnhas good mechanical stability with permeability was 9.88x10-7 mL//m and ion exchange capacity was 82,10 mmol /mL.Kolom monolit methacrylate-based polymer memberikan polaritas yang lebih tinggi dan stabilitas yang lebih baik pada rentang pH yang luas sehingga menjadi fasa diam yang banyak digunakan pada kromatografi ion.Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik kolom monolit methacrylate-based polymer yang dimodifikasi dengan trimetilamin meliputi bentuk morfologi permukaan, gugus fungsi, permeabilitas, dan kapasitas penukar ion.Kolom monolit dibuatpada fused-silica capillary (80 mm, 0,32 mm i.d. x 0,45 mm o.d.) dengan reaksi polimerisasi in situ menggunakan glisidil metakrilat sebagai monomer; etilen dimetakrilat sebagai crosslinker; 1-propanol, 1,4-butanadiol, dan air sebagai porogen; trimetilamin sebagai modifier. Bentuk morfologi permukaan kolom monolit dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan gugus fungsi dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FT-IR).Kolom monolitmemiliki kestabilan mekanik yang baik dengan permeabilitas sebesar 9,88x10-7 mL/m dan kapasitas penukar ion sebesar 82,10 mmol/mL. 
ANALISA EFISIENSI PENYERAPAN ION LOGAM MENGGUNAKAN CANGKANG BUAH KETAPANG (Terminalia catappa L.) Linda Hevira; Rahmiana Zein; Edison Munaf
Jurnal Katalisator Vol 4, No 1 (2019): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.748 KB) | DOI: 10.22216/jk.v4i1.3358

Abstract

On cause of environmental pollution is the presence of heavy metals. Heavy metal such as Cd (II), Pb (II) and Cu (II) are the metals commonly found in water pollution. The untapped shell of ketapang fruit can be used as an absorbent because it has an active side that can bind to the metal ion. From the research with batch sistem was found that the absorption efficiency of metal Cd (II), Pb (II) and Cu (II) by shell of ketapang will be optimum if done at pH 6 with contact time 60 minute for ion Cd(II), 45 minute for ion Pb (II) and 75 minute for ion Cu. The optimum stirring speed of each is 100 rpm, 150 rpm and 100 rpm. The optimum absorption efficiency occured at concentration of 10 mg/L on metal Cd (II) and Pb (II) that are 86,38 % and 98,51 % while the Cu (II) metal at 5 mg/L concentration is 94,06 % with mass of ketapang 0.1 g,0.5 g and 0.5 g each metal ion. The metal ion concentration was analyzed by AAS and the dominant functional group binding metal ions was analiyzed by FTIR Salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah terdapatnya logam berat. Logam berat seperti Cd, Pb dan Cu merupakan logam yang sering ditemukan dalam pencemaran air. Cangkang buah ketapang yang tidak termanfaatkan dapat dijadikan sebagai penyerap karena mempunyai sisi aktif yang dapat berikatan dengan ion logam. Dari penelitian dengan sistem batch didapatkan bahwa efisiensi penyerapan ion logam Cd (II), Pb (II) dan Cu II) oleh cangkang buah ketapang akan optimum jika dilakukan pada pH 6 dengan waktu kontak 60 menit untuk ion Cd (II), 45 menit untuk ion Pb (II) dan 75 menit untuk ion Cu (II). Kecepatan pengadukan optimum masing-masingnya adalah 100 rpm, 150 rpm dan 100 rpm. Efisiensi penyerapan optimum terjadi pada konsentrasi 10 mg/L pada logam Cd(II) dan Pb (II) yaitu 86,38 % dan 98, 51 %, sedangkan logam Cu (II) terjadi pada konsentrasi 5 mg/L yaitu 94,06 % dengan massa cangkang buah ketapang 0.1 g, 0.5 dan 0.5 g pada masing-masing ion logam. Konsentrasi ion logam dianalisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom dan gugus fungsi dominan yang mengikat ion logam dianalisis dengan FTIR.
Studi Komparasi Model Langmuir, Freundlich dan Emzha untuk Biosorpsi Beberapa Ion Logam Rahmiana Zein; Zulfi Zulfi; Riza Nurafni
Jurnal Katalisator Vol 4, No 2 (2019): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v4i2.4171

Abstract

Telah dilakukan studi komparasi untuk menguji keandalan model EMZHA dibandingkan model Langmuir dan Freunlich dalam penyerapan ion logam Cu(II), Cd(II) dan Pb(II) oleh beberapa biosorben. Model EMZHA adalah model adsorbsi baru yang diusulkan oleh peneliti Indonesia sebagai upaya mendapatkan model yang lebih bersifat universal (berlaku untuk semua tipe data) sehingga dapat digunakan untuk mengungkap mekanisme adsorbsi secara lebih lengkap dan mendasar. Model Langmuir dan Freunlich dipillih sebagai pembanding karena kedua model ini paling banyak digunakan dan memiliki karakter yang cenderung berlawanan. Penelitian ini digunakan data ekperimen dalam bentuk aslinya,  tidak diubah kedalam bentuk linier terlebih dahulu, dengan tujuan untuk menghindari error yang timbul akibat proses linierisasi. Regresi yang digunakan adalah regresi non linier. Metode penelitian ini dibagi dalam dua tahapan yaitu tahap pengumpulan data eksperimen yang berasal dari berbagai penelitian adsorbsi ion logam berat oleh berbagai biosorben dan pengolahan data komparasi model. Pengusul model EMZHA telah melaporkan keandalan prediksi model ini untuk penyerapan beberapa ion logam tapi hanya menggunakan satu jenis biosorben, yaitu kulit buah atap, sedangkan penelitian ini menggunakan 11 biosorben yang berbeda. Pada penelitian ini berhasil dibuktikan bahwa model EMZHA memiliki koefisien determinasi rata-rata 0,9034 yang lebih tinggi dari rata-rata koefisien determinasi model Langmuir (0,8485) dan Freundlich (0,8483).Comparative studies have been conducted to test the reliability of the EMZHA model compared to the Langmuir and Freunlich models in the absorption of Cu (II), Cd (II) and Pb (II) metal ions by several biosorbents. The EMZHA model is a new adsorption model proposed by Indonesian researchers in an effort to obtain a more universal model (applicable to all types of data) so that it can be used to uncover the mechanism of adsorption more fully and fundamentally. Langmuir and Freunlich's models are chosen as a comparison because these two models are the most widely used and have opposing characters. This study used experimental data in its original form, not converted into linear form first, with the aim of avoiding errors arising from the linearization process. The regression used is non linear regression. This research method is divided into two stages, namely the stage of collecting experimental data derived from various studies of adsorption of heavy metal ions by various biosorbents and the processing of comparative data models. Proponents of the EMZHA model have reported the reliability of the prediction of this model for the absorption of several metal ions but only use one type of biosorbent, namely the skin of the roof, while this study uses 11 different biosorbents. In this study successfully proved that the EMZHA model has an average determination coefficient of 0.9034 which is higher than the average coefficient of determination of the Langmuir model (0.8485) and Freundlich (0.8483).